Selasa, 17 Mei 2011

Effective Communication

Banyak permasalahan terjadi karena salah komunikasi. Komunikasi adalah sebuah ketrampilan yang dapat dilatih dan menjadi efektif. Berbasis dari pengalaman dalam mengimplementasikan program perbaikan di perusahaan maka disimpulkan bahwa banyak masalah terjadi karena faktor salah komunikasi atau komunikasi yang tidak tepat sasaran.

Ada sebagian informasi penting yang tidak bisa sampai kepada pejabat yang memiliki kewenangan dalam mengubah cara kerja atau membuat kebijakan dalam mewujudkan program perbaikan. Masalah yang sering muncul adalah bawahan atau orang yang menerima perintah mengalami salah persepsi. Ada juga kasus dimana pengawas kurang mampu menyampaikan pesan dengan tepat. Sesungguhnya masalah besar, muncul dan berasal dari masalah kecil yang kurang diperhatikan.

Dalam supervisi leadership program, kami sering melakukan pendampingan kepada pengawas dilapangan. Kami hadir disamping pengawas yang memberikan pengarahan baik di pagi hari sebelum bekerja maupun sore hari setelah bekerja. Cobalah telaah komunikasi pengarahan berikut ini :

• “Selamat pagi. Pada hari ini saya perlu sampaikan bahwa kita akan bekerja seperti biasa, dan perlu diperhatikan target masing-masing bagian sesuai
yang telah di tetapkan. Bila kita tidak memenuhi target maka perusahaan ini akan rugi dan saya bersama anda pada akhirnya juga akan terkena
dampaknya…..”

• “Selamat pagi, disini kita perlu menerapkan program perusahaan yang telah ditetapkan.Kita juga telah sadari bahwa kebersihan merupakan sebagian
dari iman. Jadi program perusahaan tidak bertentangan dengan prinsip yang benar. Oleh karena itu kami menghimbau agar setiap bagian untuk
memperhatikan, menjaga dan mau bertindak bila melihat sesuatu yang tidak
bersih di lingkungan kerja masing-masing…….”

• “………..saya perlu tekankan bahwa kerjasama sangat penting dan hanya dengan kerjasama maka semua permasalahan berat menjadi ringan, semua kesulitan menjadi dapat dimudahkan. Oleh karena itu kerjasama antar proses perlu ditingkatkan dengan saling membantu bila ada hambatan. Saya berharap yang tidak ada pekerjaan untuk membantu bagian lain dari pada menunggu dan itu sebenarnya tidak perlu disuruh-suruh lagi …..”

Nampaknya apa yang disampaikan oleh pengawas tersebut jelas. Namun ketika kami melakukan tindak lanjut kepada karyawan yang diberikan pengarahan, didapatkan bahwa hampir sebagian besar karyawan tidak memahami apa yang harus dilakukannya. Mereka paham tentang apa yang disampaikan tetapi tidak tahu apa yang harus dikerjakannya.

Bila karyawan tak melakukan apa yang seharusnya dilakukannya, maka tak ada hasil perbaikan yang dapat diharapkan. Pengaruh terbesar adalah bagaimana seorang pengawas memiliki ketrampilan dalam menyampaikan pesannya kepada bawahan sehingga bawahan dapat diharapkan bekerja optimal. Hal ini seringkali menjadi berbeda dari sudut pandang pengawas dimana mereka menyampaikan bahwa bawahan mereka sulit dan tak patuh terhadap perintah mereka.

Ada pula yang perlu mendapatkan pemahaman tentang apa yang penting untuk diterima atau disampaikan dalam komunikasi. Ada 2 makna yang akan ditangkap oleh komunikan dalam berkomunikasi. Seringkali karyawan tidak bersedia berbuat lebih karena tersinggung dengan ucapan pengawasnya. Ia tergolong orang yang menerima muatan emosi dari yang menyampaikan pesan ( Emotional Transfer ). Patut disadari bahwa “Content Transfer” yang jauh lebih penting untuk di terima dalam kita berkomunikasi. Intonasi karena pengaruh emosi atau karena kebiasaan dari orang yang menyampaikan pesan perlu dipahami dengan lebih baik oleh pihak2 yang terkait dalam berkomunikasi.

Sebagian lainnya kurang memahami makna koordinasi. Banyak diantara para pengawas maupun staf telah menyampaikan bahwa mereka telah melakukan koordinasi dilapangan. Namun mengapa masih terjadi jadual produksi yang tak bisa mencapai target dan diantara mereka saling lempar tanggung jawab. Adanya kasus salah inmformasi maupun keterlambatan bahan dalam proses merupakan gejala bahwa diantara pengawas kurang memahami makna koordinasi.

Berbasis pengalaman dalam membimbing dan mendampingi klien untuk menjalankan program perbaikan maka disain materi pelatihan penuh dengan studi kasus yang terjadi di lapangan sehingga diharapkan setelah mengikuti pelatihan akan terjadi perubahan cara peserta melakukan komunikasi yang efektif. Dengan contoh yang sesuai dengan kondisi kerja mereka, memudahkan peserta mengimplementasikan materi yang disampaikan. Diharapkan dengan cara demikian maka kinerja proses dapat ditingkatkan dalam waktu singkat.

Salam Sukses Selalu
Drs.Psi. Reksa Boeana
Executive Partner PT. Smart Business Solution.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar